Ada beberapa hal yang kini kita sadari tentang zaman digital: aktivitas sehari-hari tanpa berinteraksi di internet jadi semakin susah, dan upaya meretas alat-alat elektronik untuk mencuri data pribadi amatlah gampang.
Jadi tak heran sebuah survei menunjukkan konsumen sangat skeptis terhadap gawai dengan konsep Internet of Things (IoT). Inti konsep IoT adalah alat-alat elektronik yang terhubung dengan jaringan yang dapat mencatat data pribadi kita sekaligus berkomunikasi dengan alat elektronik lain. Gawai macam itu contohnya smartphone, mesin kopi, Amazon Echo, Apple Watch, dan masih banyak lagi.
Videos by VICE
Menurut sebuah survei baru yang dilakukan The Internet Society, sebuah lembaga nirlaba berbasis di AS yang mendukung perkembangan internet global, konsumen kawasan Asia-Pasifik lebih khawatir dengan isu-isu privasi terkait alat-alat IoT dibandingkan harga, fitur-fitur, dan merek alat tersebut.
Sebagian besar pertumbuhan alat-alat IoT diharapkan akan berasal dari kawasan Asia Pasifik, namun survei ini menunjukkan 9 dari 10 responden tidak mempercayai produsen dan perusahaan telekomunikasi mampu melindungi mereka dari kebocoran data. Survei ini juga menyimpulkan 60 persen dari 1.000 responden dari 22 negara di kawasan Asia-Pasifik yang belum mempunyai alat IoT, belum akan membeli sebuah alat IoT kecuali ada jaminan data dan informasi pribadi mereka terlindungi.
Tonton dokumenter VICE yang menunjukkan betapa mudahnya peretas menembus gawai dan komputermu:
Teknologi IoT selama ini dikenal karena sistem keamanannya yang belum sempurna. Contohnya, alat speaker dan streaming Chromecast dari Google bisa menentukan lokasi penggunanya seakurat 10 meter, menurut peneliti keamanan Craig Young dalam sebuah artikel Wired yang tayang Juni tahun ini. Dalam artikel tersebut, ketika Young mengajukan penemuannya kepada Google, pihak manejemen merespons dengan abai. Mereka bilang kemampuan geotagging otomatis yang bisa melanggar privasi konsumen itu tidak jadi prioritas untuk diatasi.
Juli kemarin, Singapura terdampak kebocoran data terbesar sepanjang sejarah. Informasi pribadi dari sebanyak 1,5 juta orang yang terdaftar pada sistem kesehatan nasional, termasuk Perdana Menteri Lee Hsien Loong, dicuri tim peretas. Tahun lalu, peretasan belasan perusahaan operator telekomunikasi menimbulkan kebocoran data hampir setiap orang di Malaysia. Mengingat skala kejadian-kejadian ini, bagaimana kita bisa menyalahkan para konsumen untuk ketidakpercayaan mereka dalam teknologi?
“Ada kebutuhan di mata konsumen untuk memastikan produsen dan penjual alat-alat IoT melindungi konsumen dan privasi data mereka,” ujar Rajnesh Singh, direktur regional Biro Regional Asia-Pasifik di Internet Society. “Sampai saat ini, upaya para produsen dianggap belum cukup memadai untuk mengatasi kekhawatiran pengguna gawai berbasis IoT.”
Artikel ini pertama kali tayang di VICE ASIA.
More
From VICE
-
Photo by Rijksmuseum/Kelly Schenk -
Photo by Tibor Bognar via Getty Images -
De'Longhi Dedica Duo – Credit: De'Longhi -
We Are/Getty Images